EB 2 // Diphtheria, Pertussis dr. Bambang Edi S., SpA, M.Kes Flashcards
Apa yang dapat ditemukan pada anamnesis kasus difteri?
Suara serak, nyeri tenggorok, nyeri menelan, Demam tidak tinggi, Stridor, “ngeces”, dan tanda lain dari obstruksi napas atas, Riwayat imunisasi tidak lengkap, Kontak erat dengan kasus difteri.
Yang dikatakan kontak erat apabila?
kontak dengan orang serumah dan teman bermain; kontak dengan sekret nasofaring (misal resusitasi tanpa APD); individu seruang dengan penderita dalam waktu >4 jam selama 5 hari berturut-turut atau >24 jam dalam seminggu (misal: teman sekelas, teman seruang tidur, teman mengaji, les).
Apa yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik kasus difteri?
tonsilitis dan faringitis dengan pseudomembran/selaput pada tempat infeksi berwarna putih keabu-abuan, mudah berdarah bila diangkat. Pada keadaan berat dapat ditemukan pembesaran leher (bull neck), tampak toksik dan sakit berat, padahal demam tidak terlalu tinggi, muka pucat bahkan sampai sianosis, tanda-tanda syok, serta kesulitan menelan.
Pemeriksaan penunjang yg dapat dilakukan untuk diagnosis difteri?
kultur, PCR, tes elek.
Fungsi pemeriksaan tes elek?
untuk melihat toksigenitas difteri secara fenotip
Pengambilan sampel untuk kultur dilakukan hari ke?
hari ke 1, 2, dan ke 7, yang diambil dari hidung tenggorokan (tp keberhasilannya <10% shg diupayakan pke PCR), menggunakan media Amies dan Stewart (dahulu Loeffler atau telurit).
Sampling untuk kultur menggunakan?
jaringan di bawah atau sekitar pseudomembran.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop atau pewarnaan Gram/Albert tidak dapat dipercaya karena ?
di rongga mulut banyak terdapat bakteri berbentuk mirip C. diphtheriae (difteroid)
Klasifikasi difteri?
suspek difteri, kasus probable difteri dan kasus konfirmasi laboratorium difteri.
Dikatakan suspek difteri apabila?
gejala faringitis, tonsillitis, laryngitis, trakeitis (atau kombinasi), tanpa demam atau kondisi subfebris disertai adanya pseudomembran putih keabu-abuan/kehitaman pada salah satu atau kedua tonsil yang berdarah bila terlepas atau dilakukan manipulasi.
Sebanyak 94% kasus difteri mengenai organ apa?
tonsil dan faring.
Dikatakan kasus probable difteri apabila? susupek difteri ditambah salah satu dari:
- Pernah kontak dengan kasus (< 2 minggu)
- Status imunisasi tidak lengkap, termasuk belum dilakukan booster
- Stridor, bullneck
- Pendarahan submukosa atau petekie pada kulit
- Gagal jantung toksik,
- Gagal ginjal akut
- Miokarditis dan/atau kelumpuhan motorik 1 s/d 6 minggu setelah onset
- Meninggal.
Dikatakan kasus konfirmasi lab difteri apabila?
Hasil kultur atau PCR C. diphtheria positif dan tes Elek positif.
Prinsip Tatalaksana awal difteri?
Semua kasus yang memenuhi kriteria difteri harus diperlakukan sebagai difteri sampai terbukti bukan. Diagnosis difteri diputuskan berdasarkan tanda dan gejala. Tatalaksana awal dengan pmeberian antitoksin dan antibiotik apabila dokter mendiagnosis suspek difteri tanpa perlu konfirmasi laboratorium.
Pengobatan difteri bertujuan untuk?
menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan, mengobati infeksi penyerta/penyulit difteri.
Tatalaksana umum difteri?
- Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui (biasanya 2 minggu) dan biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali berturut-turut dengan jarak 24 jam.
- Tirah baring 2-3 minggu bila ada komplikasi miokarditis,
- Pemberian cairan serta diet yang adekuat.
- Dilakukan pemeriksaan jantung (EKG) dan neurologis untuk mengetahui ada/tidaknya komplikasi.
Tatalaksana khusus difteri?
Antitoksin: Anti Diphtheria Serum (ADS) Antitoksin diberikan segera setelah ditegakkan diagnosis difteri (Pemberian antitoksin pada hari 1, maka angka kematian < 1%, sedangkan jika diberikan lebih dari hari ke-6, maka angka kematian mencapai 30 %).
Sebelum diberikan ADS, pemeriksaan apa yg harus dilakukan?
uji kulit dg menyuntikkan 0,1 ml ADS dalam larutan garam fisiologis (dengan perbandingan 1:1.000) secara intrakutan. Hasil Positif bila dalam 20 menit terjadi indurasi >10 mm.
Bagaimana cara pemberian ADS sesuai hasil uji kulit?
Bila uji kulit positif, ADS diberikan dengan cara desensitisasi (Besredka). Bila Negatif, ADS diberikan sekaligus secara intravena (caranya yaitu ADS diberi larutan garam fisiologis atau 100 ml glukosa 5% yg disuntikkan intravena dalam 1-2 jam).
Pengamatan terhadap efek samping pemberian obat dilakukan saat?
selama pemberian antitoksin dan selama 2 jam berikutnya, termasuk monitoring reaksi hipersensitivitas lambat ( serum sickness).
Kapan kemungkinan terjadi efek samping setelah pemberian ADS?
reaksi anafilaksis (0,6%) terjadi beberapa menit setelah pemberian ADS, Reaksi demam (4%) setelah 20 menit-1 jam, serum sickness (8,8%) 7-10 hari kemudian.
Dosis pemberian ADS untuk difteri tipe kulit & hidung?
20.000
Dosis pemberian ADS untuk difteri tipe tonsil, faring, laring?
40.000
Dosis pemberian ADS untuk difteri tipe nasofaring?
60.000
Dosis pemberian ADS untuk difteri kombinasi tipe lokasi lain?
80.000
Dosis pemberian ADS untuk difteri dengan penyulit dan atau dtemukan bullneck?
80.000-100.000
Dosis pemberian ADS untuk difteri yg terlambat berobat (>72 jam) dg lokasi dimana saja?
80.000-100.000
Pemeberian antibiotic untuk diftari bertujuan untuk?
untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin.