Pulmonologi Flashcards
Bagaimana kah metode penularan TB :
- Sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). 2. Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung. I 3. Infeksi yang disebabkan oleh M. bovis dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi.
Pembagian TB berdasarkan WHO 1991
- Kat 1 : lTB kasus baru dengan sputum (+), TB Kasus baru dengan bentuk TB berat 2. Kat 2 : Kasus kambuh, Kasus gagal terapi dengan sputum BTA (+) 3. Kat 3 : Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang tidak luas, Kasus TB ekstra paru selain yg disebut dalam kat 1 4. Kat 4 : TB kronik
Kategori Pengobatan TB :
Kategori 1. Pasien baru yaitu pasien yang belum pernah mendapatkan terapi OAT atau pernah mendapatkan OAT <1 bulan, maka regimen terapjnya adalah 2HRZE/4HR. 2HRZE/4HRE bila resisten isoniazid atau di ingkungan resisten 2. Kategori 2. Pasien yang sebelumnya pernah mendapat terapi OAT . Kultur dan resistensi OAT atau drug susceptibility test IDST) .- Jika hasil DST belum ada Pasien yang gagal terapi (sputum BTA atau kultur tetap positif pada akhir bulan ke-5 pengobatan, Pasien yang putus berobat (pasien yang putus berobat selama >2 bulan berturut-turut) atau kambuh,: 2HRZES/1HRZE/5HRE -Jka hasil DST sudah ada, sesuaikan terapi dengan antibiotik spesifik patogen
Indikasi kortikosteroid pada TB paru
Kriteria (+) Uji tuberkulin
Hal-hal yang menyebabkan reaksi tuberkulin negatif palsu
Kriteria pasien TB paru berdasarkan status klinis, status bakteriologis dan status radiologis (WHO 1991)
Pembagian pasien TB berdasarkan riwayat penyakitnya
Efek samping dan Dosis OAT
Pemantauan Terapi pada pasien TB
Faktor resiko MDR
Prinsip terapi MDR TB
Kelompok obat untuk terapi MDR
Pengobatan pada TB ekstra paru
Dasar teori pengobatan TB :P
erlu dua macam obat yang basilnya peka, dan salah satunya harus bakteriosid (mencegah resistensi)
Penyembuhan penyakit membutuhkan pengobatan yg baik pasca perbaikan gejala klinis untuk mengeliminasi basil persisten
Populasi basil dan efektivitas obat-obatan OAT
Cara kerja OAT
INH : inhibisi cell wall biosynthesis pathway
Rifampisin : inhibisi polimerase DNA-dependent ribonucleic acid (RNA) M. tuberculosis.
Stretomisin : mencegah pertumbuhan kuman ekstrasel
Etambutol : Bakteriostatik
Regimen pengobatan berdasarkan kategori pasien TB
Efek samping OAT
Sebab-sebab kegagalan pengobatan
- Obat (panduan tidak adekuat, dosis krg optimal, durasi kurang resistensi,
- Drop out (kurang biaya, merasa sudah sembuh, malas/kurang motivasi
- Penyakit : lesi terlalu berat, ada komorbid, ada gangguan imunologis
Apa yang harus dievaluasi bila terjadi kegagalan terapi
Penanganan terhadap pasien TB relaps
Indikasi terapi bedah
Patogenesis TB peritonial :
- Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru- paru.
- Melalui dinding usus yang terinfeksi.
- Dari kelenjar limfe mesenterium.
- Melalui tuba fallopii yang terinfeksi.
Pada kebanyakan kasus tuberkulosis peritoneal terjadi bukan sebagai akibat penyebaran perkontinuitatum, tetapi sering karena reaktifasi proses laten yang terjadi pada peritoneum yang diperoleh melalui penyebaran hematogen proses primer terdahulu.
Bentuk TB peritonium :
- Bentuk eksudatif (cirinya asites)
- Bentuk adesif ( perlengketan, kadang terlihat seperti tumor)
- Bentuk campuran (seperti kista karena campuran eksudatif dan adesif)
Ciri khas cairan asites pada TB peritonial :P
- protein eksudat >3g/dl
- Jumalh sel 100-3000, >90% limfosit
- LDH meningkat.
- SAAG <1.1
- Glukosa asistes dan darah <0.96
- Pemeriksaan tambahan , ADA (cutoff 0,4) < IFNGamma, dan PCR
Gambaran kash CT scan TB peritonial
Gambaran peritonium berpasien. Gambaran TB peritonium pada CT scan : peritonium licin, penebalan minimal, penebalan yang jelas (kalau karsinoma pembesaran tidak teratur dan terdapat nodul yang terfiksir)
Gambaran peritonoskopi pada TB peritonial
4 gol mikobakterium atipiki menurut Runyon
- Grup I (Fotokromogen). Pada grup ini warna koloni menjadi lebih tua bila terkena cahaya. Ada 3 spesies yang patogen, yaitu : M.kansasii, M.simiae, M.marinum. Spesies ini dapat menimbulkan penyakit paru, kulit, limfadenitis.
- Grup ll (Skotokromogen). Pada grup ini warna koloni tidak dipengaruhi cahaya. Contoh yang paling dikenal adalah M.scrofulaceum, yang lain adalah M.szulgai.
- Grup lll (Nonfotokromogen). Pada grup ini koloni kuman tidak berwarna. Yang masuk grup ini adalah pasangan M.avium (patogen terhadap burung) dan M.intracellulore.K Spesies yang lain adalah M.xenopi dan M.ulcerans. Spesies tersebut dapat menyebabkan infeksi paru, kulit dan jaringan lunak.
- Grup lV (Rapid Growers). Grup ini pertumbuhannya cepat (3-7 hari) pada media sederhana. K yaitu M’fortuitum, M.chelonei dan M.abscessus
Kriteria diagnosis M. Atipik
1 Kriteria Klinis +1 kriteria Radiologis + 1 Kriteria Bakteriologis
Prinsip Terapi M atipik
- Bila kemoterapi tidak memuaskan, reseksi
- Bila gejala klinis stabil, pengobatan OAT ditangguhkan, hanya terapi penyakit dasar
- M Kansai : ATS Regimen (HRE hingga 18 bulan) BTS (RE 9 bulan, + Klaritomisin 2 bulan awal
- MAI (Avium Intraselulare ) : ATS (Klaritro/Azitro+ Rifampisin/Rifabutin + E dan pertimbangakn + Strepto 2 bulan awal. Pasien MAI dengan AID ( Klarirto /Azitro+ E , minimal 12 bulan
- M. Fortuitum _+Chlonae : Resisten thf d OAT standard : Amikasin IV (5-7.5 mg/kg /12 jam) + Sefositin (3g/6 jam) + Klaritro oral (2x500) selama 6-12 bulan
Contoh penularan kuman spesifik pada pneumonia
- infeksi droplet : Strep Pneumonia
- Selang infus : Staph aureus
- Ventilator : Pseudomonas aerogenosa dan enterobacter
Faktor yang meningkatkan resiko infeksi oleh patogen tertentu pada pneumonia komunitas ;
Faktor resiko pneumonia komunitas
Tidak dapat diubah (Jenis kelamin, penyakit paru kronik, mutiple organ failure)
Dapat diubah (kontrol infeksi, pengawasan MDR, penghentian dini pemakaian alat invasif, antibiotic stewardship)
Faktor resiko kritis Pneumonia
- Ventilasi mekanik >48 jam
- Lama perawatan di ICU
- Skor APACHE
- Adanya ARDS.
Faktor resiko terinfeksi patogen multiresisten :
Gambaran khas radiologis pneumonia
Faktor resiko pneumonia aspirasi
- Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glotis, reflek batuk (kejang, stroke pembiusan,intoksikasi obat, sedatif, cedera kepala, tumor otak), yaitu pada: lansia dan alkoholik
- Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (striktur, Gostro EsophogeoL Reflux Diseoses (GERD), kanker nasofaring)
- Gangguan neurologis: demensia, penyakit Parkinson, miastenia gravis, sklerosismultipel, pseudobulbor paLsy
- Tindakan mekanik: selang nasogastrik, intubasi trakea, trakeostomi, endoskopi saluran gastrointestinal atas, bronkospkopi, selang gastrostomi atau selang makanan pasca pylorus.
- Penyakitperiodontal misalnya periodontitis
Klasifikasi Pneumonia aspirasi
Pneumonitis aspirasi (sindrom mendelson).
Pneumonia aspirasi bakteri primer
Pneumonia aspirasi komunitas atau nosokomial.
Pencegahan pada pneumonia aspirasi
Posisi setengah duduk pada penurunan kesadaran
Profilaksis gigi dan oral hygiene, diet dan fisioterapi pada gangguan menelan
Faktor resiko mortalitas 30 hari pada pneumonia lansia
Komorbid (HF, serebrovask, gangguan hati kronik
Penghuni rumah jompo
Skor CURB 65 yang besar
Terapi tidak efektif
Usia di atas 65 th
Patogen utama pada lansia di rumah wreda dan kapan
Kapan diberikan terapi untuk bakteri multiresisteb
S Pneumonia, H influenza dan M catarrhalis
Terapi untuk bakteri multiresisten bila :
Pneumonia berat
Status fungsional berat
Sebelumnya telah mendapat antibiotik