Penyakit infeksi (demam dan COVID 19) Flashcards
Pemeriksaan lab untuk demam
- hematologi lengkap - deteksi infeksi dan kelainan darah
- urine rutin - deteksi infeksi saluran kemih
- anti S. typhi IgM, Gal kultur - deteksi demam tifoid
- anti dengue IgG-IgM - deteksi demam dengue
- anti chikungunya IgM - deteksi Chikungunya
- SGOT, SGPT - deteksi peradangan hati, dll
- CRP kuantitatif - deteksi peradangan, membedakan infeksi virus dan bakteri
Demam tifoid
- disebabkan salmonella typhi; bersifat gram negatif dan merupakan enterobacteriae
- memiliki antigen O9 dan O12 LPS, antigen protein flagelar Hd/Hj, capsular
Patogenesis: sumber dari penderita atau carrier feses, penularan lewat fecal-oral; bertahan berminggu-berminggu dalam air, es, debu, inkubasi 3- >60 hari
gambaran klinis demam tifoid
ringan: demam ringan, malaise, batuk kering ringan
berat: gangguan abdomen, melena, perforasi usus sebagai komplikasi
Definisi kasus demam tifoid
Terkonfirmasi: demam minimal 3 hari, kultur darah, sumsum tulang, atau cairan usus besar positif
probable: demam minimal 3 hari, serodiagnosis atau deteksi antigen positif
chronic carrier: ada S. typhi di feses atau urine > 1 tahun setelah onset
Pemeriksaan lab untuk demam tifoid: Isolasi/kultur
kultur aspirasi sumsum tulang
- merupakan gold standard; paling akurat (80-95%)
- tepat untuk pasien yang sudah diobati dan kultur darahnya negatif
kultur feses
- bermanfaat untuk diagnosis carrier
- sugestif demam tifoid
- positif di 85% pada minggu ke 3 dan 4
kultur darah
- positif 60-80% pasien tifoid
- sensitivitas lebih tinggi pada minggu pertama; meningkat tergantung volume darah yang dikultur dan perbandingan darah dengan broth
Yang mempengaruhi hasil kultur darah
- pemberian antibiotik
- waktu pengambilan tidak tepat
- volume darah kurang atau bahan darah terlanjur menggumpal
Kelemahan isolasi/kultur
- fecal carrier negatif palsu pada kultur feses di awal demam
- sensitivitas rendah tergantung waktu pengambilan
- pemberian antibiotik mempengaruhi pertumbuhan
- hasil lama
- kultur dari biopsi sumsum tulang merupakan prosedur invasif
- fasilitas tidak tersedia luas di daerah endemis
Pemeriksaan serologi demam tifoid
- widal (aglutinasi)
- ELISA (Ab LPS dan OMP)
- imunokromatografi
- immunoblotting (elektroforesa gel)
- IMBI (inhibition magnetic binding immunoassay)
antibodi yang diperiksa demam tifoid
- antibodi terhadap LPS
- outer membrane protein
- flagella (52 kDA)
- capsule/VI antigen
Widal test
- pemeriksaan antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan H (O muncul di hari 6-7, menetap selama 4-6 bulan; H di hari 10-12, menetap 9 bulan-2 tahun)
- menggunakan whole antigen (crude)
- deteksi antibodi S. typhi dan S. paratyphi nonspesifik
- senstivitas dan spesifisitas < 70%, tapi praktis, cepat, murah, tidak perlu alat tambahan
- idealnya perlu 2 sampel dengan interval 7-10 hari
Keterbatasan metode diagnostik demam typhoid
Kultur: lama dan tidak selalu berhasil; sensitivitas rendah
Widal: tidak reliable di area endemis, hasil antar lab bervariasi, false positif jika ada enterobacter, malaria, kuman lain, atau sirosis
ELISA: multistep dan alat mahal
DNA Probe: cut off 500 kuman/ml; nonsensitif
PCR: rawan kontaminasi dan mahal
pemeriksaan serologi terbaru demam tifoid
- tubex tf (anti O9 LPS IgM S. typhi)
- Typhidot (deteksi IgG dan IgM terhadap OMP/antigen 0 kD S. typhi), positif 2-3 hari infeksi
- Typhidot M (IgM antigen 50 kD)
- dipstick test (IgM-antigen LPS)
gejala demam dengue
bervariasi tergantung umur, kalau > 2 tahun lebih manifestasi.
- anak kecil, bayi: demam tidak spesifik, kulit bintik merah
- dewasa: demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot-sendi, ruam, perdarahan kulit
- demam berdarah dengue mirip tapi disertai kecenderungan pendarahan
Pentingnya diagnosis awal demam dengue
- dapat melakukan terapi suportif lebih awal
- pemantauan pasien dengan segera
- mengurangi resiko komplikasi (demam berdarah, dengue shock syndrome)
Pemeriksaan lab infeksi dengue
- hematologi rutin
- serologis: anti dengue IgG, rapid test IgM
- antigen NS1 dengue
- Dengue RNA (PCR)
Dengue primer vs Dengue sekunder
Primer
- IgM naik 3-5 hari setelah infeksi; bertahan 30-90 hari
- IgG mulai terdeteksi di hari 14
Sekunder
- IgM naik 3-5 hari setelah infeksi pada 70% kasus
- IgG naik pada hari 2 setelah infeksi pada 90% kasus
Interpretasi hasil pemeriksaan IgG dan IgM dengue
IgM positif: primer
keduanya positif: sekunder
IgG positif: sekunder
keduanya negatif: tidak ada infeksi atau negatif palsu; ulangi pemeriksaan jika masih bergejala
Batasan metode diagnostik dengue
kultur/isolasi - mahal, perlu alat khusus, sulit dilakukan untuk skala besar
RTPCR - sama
Serologi: hasil agak lama (harus nunggu IgM diproduksi)
hematologi: sebagai alat bantu bukan metode diagnostik definitif (nonspesifik)
Pemeriksaan dengue NS1 antigen
merupakan pemeriksaan terhadap antigen nonstruktural 1. Dapat mendeteksi infeksi yang disebabkan 4 serotipe lebih awal dibandingkan dengan antibodi; bisa terdeteksi dari hari pertama demam
Pemeriksaan dengue RNA (RTPCR)
- deteksi RNA virus dengan kualitatif pada serum pada tahap awal infeksi
Kelebihan: - kinerja lebih tinggi, bisa untuk konfirmasi kasus awal
- spesifik
- sensitif, hanya perlu sampel kecil dengan volume kecil
Demam chikungunya
- pasien bungkuk dengan gejala penyakit rematik dan/atau fitur klinis parah
- ditularkan leweat nyamuk Ae. Aegypti, Ae. Albopticus, Ae. africanus, Ae. Luteocephalus, Ae. Furcifer, Ae. Taylori
Virus chikungunya/ChikV
- virus enveloped, singlestrand RNA, positif
- Togaviridae
- Alphavirus
Gejala demam chikungunya
demam selama 2-4 hari dari gigitan
- viremia sampai 5 hari dari onset
- demam, arthralgia, sakit punggung, sakit kepala
- tidak mengalami pendarahan/shock syndrome
- IgM muncul 5 hari setelah onset dan bertahan selama beberapa minggu
Malaria
Disebabkan protozoa Plasmodium (falciparum, vivax, malariae, ovale)
- vektor nyamuk anopheles
- siklus hidup di host dan vektor
- siklus eritrosit berkaitan dengan interval fase demam-dingin