Endokrin II Flashcards
Hormon
Dikeluarkan ke sirkulasi darah ke seluruh tubuh, lalu ke sel target dan memberi efek
Cara kerja hormon
Mengganti jenis, jumlah, atau aktivitas enzim penting dan protein struktural di sel target dengan cara:
- stimulasi pembentukan enzim atau protein struktural yang belum ada di sitoplasma, mengaktifkan gen di inti sel
- menaikkan atau menurunkan laju pembentukan enzim atau protein dengan mengubah laju transkripsi atau translasi
- menyala-matikan enzim atau kanal membran dengan membentuk struktur atau bentuknya
Organ dan jaringan sistem endokrin
- hipotalamus - produksi ADH, oxytocin, hormon regulasi
- kelenjar pituitari
lobus anterior: ACTH, TSH, GH, PRL, FSH, LH, MSH
lobus posterior: pengeluaran oxytocin, ADH - kelenjar tiroid - tiroksin T4, triodotironin T3, calcitonin CT
- kelenjar adrenal
medulla: epinefrin (E), norepinefrin (NE)
cortex: cortisol, corticosterone, aldosterone, androgen - Pankreas - insulin, glukagon
- kelenjar pineal - melatonin
- kelenjar paratiroid - PTH; paratiroid hormon
Organ dengan fungsi endokrin sekunder
jantung - sekresi peptida natriuretik; ANP (atrial), BNP (brain)
timus - sekresi timosin
adiposa - sekresi leptin
GI tract - banyak, buat metabolisme, nafsu makan, fungsi
ginjal - sekresi eritropoietin, kalsitriol
gonad
testis - androgen, inhibin
rahim - estrogen, progestin, inhibin
Feedback control sistem endokrin
releasing hormone (TRH, CRH, GnRH) di hipotalamus stimulasi lobus anterior kelenjar pituitari, terus stimulasi hormon 1 (TSH, ACTH, FSH, LH) yang stimulasi organ endokrin (kelenjar tiroid, adrenal cortex, testis, ovarium) dan hormon 2 (tiroid, glukokortikoid, inhibin, estrogen, progestin, androgen) sampe sel target
untuk feedback negatif, RH menghambat di kelenjar pituitari atau di hormon 2
Hormon pituitari dan targetnya
Anterior
ACTH - kelenjar adrenal - glukokortikoid, epinefrin, norepinefrin
TSH - kelenjar tiroid - T3, T4
GH - hati - somatomedin - tulang, otot, jaringan lain
PRL - kelenjar mamae
FSH-LH - testis, ovarium - inhibin, progesteron, estrogen, testosterone
Posterior
MSH - Melanosit
OXT - otot polos dinding rahim dan kelenjar mamae, otot polos vas deferens dan kelenjar prostat
ADH - ginjal
Hubungan antara hormon hipotalamus, pituitari anterior, target organ/mediator
Growth hormone (GH, somatotropin) dari pituitari anterior. Hipotalamik hormon nya GHRH (growth hormone releasing hormone) yang positif feedback, somatostatin negatif. Organ target hati, otot, tulang, ginjal, dll. hormon organ target/ mediator IGF-1
Thyroid stimulating hormone (TSH), thyrotropin releasing hormone (TRH) +, target tiroid, hormon organ target tiroksin dan triiodothyronine
adrenokortikotropin (ACTH), corticotropin releasing hormone (CRH) +, adrenal cortex, glukokortikoid, mineralcorticoids, androgen
follicle stimulating hormone, luteinizing hormone (FSH, LH), gonadotropin releasing hormone (GnRH) +, gonad, estrogen, progesteron, testosteron.
prolactin (PRL), dopamine -, payudara
Fungsi obat yang berefek pada hormon
- replacement therapy buat kekurangan hormon
- antagonis penyakit yang disebabkan produksi hormon pituitari berlebih
- alat diagnostik untuk identifikasi kelainan endokrin
Growth hormone/somatotropin
- diproduksi pituitari anterior, diperlukan selama anak-anak dan remaja agar mencapai ukuran dewasa normal, mempengaruhi metabolisme lipid dan karbohidrat, dan lean body mass. Secara klinis digunakan saat kekurangan GH alami
Macimorelin
Mekanisme: stimulasi pengeluaran growth hormone dengan mengaktivasikan reseptor GH secretagogue yang terletak di pituitari dan hipotalamus.
Dosis 0.5 mg/kg oral dilarutkan untuk pasien puasa minimal 8 jam.
absorpsi: T max oral 0.5 - 1.5 jam
waktu paruh eliminasi 4.1 jam
Farmakodinamika growth hormone
- efek dimediasikan dengan reseptor di permukaan sel (JAK/STAT)
- dimediasikan dengan naiknya produksi IGF 1
- menstimulasi produksi IGF 1 di tulang, tulang rawan, otot, ginjal. Peran autokrin/parakrin
- stimulasi pertumbuhan tulang secara longitudinal sampai epifisis tertutup saat pubertas berakhir
- memiliki efek anabolik di otot dan katabolik di sel lemak, sehingga menaikkan massa otot dan mengurang adipositas sentral
Kondisi klinik dan penggunaan GH
pertumbuhan gagal di anak-anak ditandai dengan kekurangan GH, Noonan syndrome, Prader-Willi syndrome, Turner syndrome, kecil saat umur kehamilan dan tidak bisa menyusul sampai 2 tahun, pendek.
kekurangan GH di orang dewasa jika ditangani akan memperbaiki metabolisme, massa otot meningkat.
pemberian GH di pasien HIV akan meningkatkan massa otot, berat badan, dan ketahanan fisik.
Pemberian pada pasien yang menderita short bowel syndrome yang juga dapat nutrisi spesial akan memperbaiki fungsi pencernaannya.
Ciri Turner syndrome
pendek, webbed neck, shield chest, payudara kurang berkembang, ovarium rudimenter, nevi
Prader-willi syndrome
mata berbentuk almond, mild strabismus, bibir atas tipis, mulut dowturn, kelebihan berat badan, jarak antara batang hidung dan sisi kepala kecil
toksisitas GH
tekanan intracranial - perubahan pengelihatan, sakit kepala, mual, atau muntah
beberapa anak mengalami skoliosis saat pertumbuhan cepat
gynecomastia - pembesaran payudara pada laki-laki
myalgia/nyeri otot, arthralgia/nyeri sendi
meningkatnya aktivitas sitokrom P450 isoform
Lanreotide
digunakan untuk kondisi acromegaly (kelebihan GH). Mekanisme: analog somatostatin, mirip dengan somatostatin alami dan menghambat sekresi endokrin, neuroendokrin, eksokrin, dan fungsi parakrin sehingga membuat level GH dan/atau IGF 1 jadi normal.
Dosis: 90 mg, subkutan dalam, injeksi tiap 4 minggu selama 3 bulan.
Oksitosin
Digunakan untuk menghentikan perdarahan postpartum dan menginduksi persalinan vaginal (normal). untuk induksi lahir diberikan secara IV, kalau untuk pendarahan IM. Tidak terikat pada protein plasma, eliminasi cepat lewat urin dan hati, waktu paruh 5 menit.
Farmakodinamika oksitosin
- kontraksi otot polos uterine, menduduki protein G dan system messenger fosfoinositida kalsium
- stimulasi pelepasan prostaglandin dan leukotriene, augmentasi kontraksi uterine.
pada dosis kecil, menaikkan frekuensi dan kekuatan kontraksi.
pada dosis tinggi, memperlama kontraksi dan berperan sebagai antidiuretik lemah.
menyebabkan kontraksi sel mioepitel di sekitar alveoli payudara.
Dosis dan toksisitas oksitosin
Untuk induksi kelahiran: 1-2 mU/min tiap 30 menit, sesuai kebutuhan dengan motor driven syringe, maks 20 mU/min.
postpartum: 10 unit oksitosin/1 ml syntometrine, IM saat pundak anterior bayi keluar.
toksisitas
- fetal distress, placental abruption, uterine rupture
- retensi cairan berlebih, menyebabkan hyponatremia, gagal jantung, kejang, kematian
kontraindikasi:
- fetal distress, placental abruption, uterine rupture, riwayat operasi uterine ekstensif.
untuk kategori kehamilan C.
Vasopressin/ADH
Merupakan hormon yang dikeluarkan pituitari posterior sebagai respon naiknya tonisitas plasma atau tekanan darah rendah.
Farmakondinamika: mengaktifken reseptor G protein-coupled, V1 (otot polos vaskular) dan V2 ( tubulus renal). Digunakan untuk diabetes insipidus (off label) dan sebagai vasokonstriktor
efek samping: sakit kepala, mual, nyeri perut, agitasi, reaksi alergi.
Vasopressin 2
Indikasi: shock, vasodilatory, hipotensi meskipun sudah diberi cairan dan katekolamin
untuk shock postcardiotomy: awal diberi 0.03 unit/menit, IV kont. Naikkan dosis 0.005 unit/menit dalam interval 10-15 menit sampai tekanan darah mencapai target.
septic shock: awal 0.01 unit/menit, IV kont. naikkan dosis 0.005 unit/min dalam interval 10-15 menit
shock cardiogenic: 0.02-0.04 unit/menit IV infus, sesuaikan untuk memperbaiki dan menjaga perfusi jaringan yang baik
Hormon tiroid: T3, T4
Fungsi: menormalisasi pertumbuhan dan perkembangan, suhu tubuh, tingkat energi.
- mengandung 59% dan 65% iodin sebagai bagian penting dari molekulnya.
- Kalsitonin penting untuk regulasi metabolisme kalsium
- reseptor ditemukan di jaringan yang responsif terhadap hormon; pituitari, hati, ginjal, jantuing, otot skelet, paru, usus. beberapa situs reseptor ada di jaringan yang tidak responsif hormon, seperti empedu dan testis.
Biosintesis hormon tiroid
Iodin ditranspor ke dalam kelenjar tiroid, lalu ion dihilangkan dengan peroksidase. Lalu menjadi thyroflobulin (MIT-DIT T3-T4), mengalami proteolisis, dan menjadi T4 dan T3 yang masuk ke darah dan ke jaringan perifer.
Mekanisme hormon tiroid
Kebanyakan efek tiroid di proses metabolisme terjadi karena aktivasi reseptor nuklear yang meningkatkan pembentukan RNA dan sintesis protein, dan meningkatnya pembentukan Na+, K+, dan ATPase.
Preparasi hormon tiroid
Sintetik: levothyroxine, liothyronine, liotrix, atau dari hewan (thyroid desikasi)
Yang biasa dipakai untuk penggantian thyroid dan suppression therapy adalah levothyroxin, karena stabil, kandungan seragam, murah, tidak ada alergen protein asing, pengukuran kadar di serum mudah, dan waktu paruh lama ( 7 hari)
Goiter
Tidak umum di negara maju, umumnya disebabkan kekurangan iodine. Juga bisa disebabkan oleh Hashimoto’s disease (kelainan klinis yang menyebabkan kurang hormon tiroid), penyakit autoimun yang kronis. Perawatan biasanya ditargetkan untuk menambah kekurangan iodin.
HIpotiroidisme
Perawatan dilakukan adalah thyroid hormone replacement. Obat prototypenya adalah levothyroxine (synthroid), yang tidak menyebabkan efek samping yang signifikan dalam dosis terapi. Kalau overdosis akkan menyebabkan thyrotoxicosis atau badai tiroid.
Hipertiroidisme
Biasanya disebabkan oleh tumor atau Grave’s disease (kondisi klinis yang disebabkan kelebihan hormon tiroid). Penanganan dilakukan dengan operasi, menghilangkan bagian kelenjarnya. Juga bisa diberikan propylthiouracil (PTU), bisa sendiri atau dibarengi radiasi.
Antitiroid
Mengurangi aktivitas tiroid dan efek dari hormon, berupa agen yang memodifikasi respon jaringan terhadap hormon tiroid atau menghancurkan kelenjar dengan radiasi atau operasi.
Goitrogen
agen yang menekan sekresi T3 dan T4 ke level bawah normal dan meningkatkan TSH, sehingga menyebabkan pembesaran kelenjar (goiter)
Obat dan penanganan hipertiroidisme
propylthiouracil (PTU) dan methimazole untuk menghambat pembentukan hormon
iodida, iodinated kontras media untuk memblok pengeluaran hormon
iodin 131 radioaktif
anion inhibitor: perklorat, tiosinat
beta blocker: propanolol
Thioamides
Mekanisme: menghambat sintesis hormon dengan menghambat reaksi thyroid yang dikatalisasi peroxidase dan memblock organifikasi ioidin, diatas block coupling iodotirosin. Digunakan untuk thyrotoxicosis. PTU, Methimazole
Dosis PTU
awal: 50-150 mg oral, 3 hari sekali tergantung keparahan. 2 atau 300 mg oral tiap 8 jam, bisa dinaikkan ke 400 mg sehari untuk hipertiroidisme parah. Untuk maintenance, 50 mg oral 2-3 kali sehari, 2 atau 100-150 mg oral tiap 8 jam.
Dosis methimazole
initial, untuk hipertiroidisme mild: 15 mg/hari, 3 kali sehari tiap 8 jam. untuk hipertiroidisme yang lebih parah, 30-40 mg/hari, oral, dibagi 3 dosis dlaam sehari tiap 8 jam. Kalau sangat parah, 60 mg/hari, oral, 3 hari sekali. Untuk maintenance, 5-15 mg/hari, 3 dosis 8 jam interval
Iodida
Mekanisme: menghambat organifikasi dan pengeluaran hormon, mengurangi ukuran dan vaskularitas kelenjar hiperplastic. Di pasien yang rentan, dapat menyebabkan hipertiroidisme (Jod-Basedow phenomenon) atau hipotiroidisme presipitat. Penting sebagai obat pre-operasi. Digunakan untuk thyrotoxicosis.
Efek samping: iodism, rash, kelenjar liur bengkak, ulcer membran mukosa, conjunctivitis, rhinorrhea, drug fever, rasa besi, kelainan pendarahan, reaksi anafilaksis
Iodine radioaktif
Digunakan untuk thyrotoxicosis, I 131. Tidak bisa digunakan pada ibu hamil atau menyusui karena bisa merusak kelenjar tiroid fetus dan bisa dikeluarkan lewat ASI
Anion inhibitor
Mekanisme: memblok pengambilan iodida oleh kelenjar lewat inhibisi kompetitif dari mekanisme transpor iodida. Menggunakan anion monovalen, seperti perklorat (ClO4 -), pertechnetate (TcO4-), dan thiocyanate (SCN-)
Terapi adjunktif
Bisa digunakan bersama beta blocker (propanolol). Efektif digunakan untuk thyrotoxicosis karena gejalanya mirip stimulasi simpatik.
Hormon adrenal korteks
Dibagi menjadi dua kelompok: glukokortikoid (mengatur metabolisme intermediary, katabolisme, respon imun, dan inflamasi), mineralcorticoid (regulasi reabsorpsi natrium dan kalium di tubulus kolektivus di ginjal)
Glukokortikoid: agonis kortikosteroid
pengaruh pada tubuh.
efek metabolisme: stimulasi glukoneogenesis, lipolisis, lipogenesis
efek katabolisme: berkurangnya otot, osteoporosis
efek immunosuppresive: menghambat cell mediated immunologic functions terutama yang tergantung dengan limfosit
anti-inflamasi: meningkatkan neutrofil dan menurunkan limfosit, eosinofil, basofil, monosit.
Lainnya: hipertensi, perubahan perilaku, terbentuknya ulcer.
Obat glukokortikoid
Kortisol, glukokortikoid natural (hidrokortisone). Sekresi diregulasi oleh ACTH dan tergantung pada waktu/ritme sirkadian; puncaknya di pagi hari dan turun di tengah malam. Di plasma, 95% terikat di CBG (corticosteroid binding globulin). diserap baik secara oral tapi difusinya cukup kurang kalau di kulit yang tidak mengalami inflamasi.
Glukokortikoid sintetik memiliki mekanisme yang mirip dengan kortisol. Ada dalam bentuk prednisone dan metabolit aktifnya, prednisolone, dexamethasone, triamcinolone. Waktu paruh dan durasi kerja lebih lama, salt retaining efek kurang, dan lebih bisa penetrasi batasan lemak untuk aktivitas topikal. Beclomethasone dan budesonide masuk ke mukosa jalur udara tapi waktu paruhnya sangat pendek saat di darah.
Penggunaan klinik glukokortikoid
kelainan adrenal:
- obat penting untuk chronic adrenal cortical insufficiency (Addison’s disease)
- adrenal insufficiency akut akibat shock, infeksi, trauma
- congenital adrenal hyperplasia
non-adrenal
- untuk inflamasi atau immunologic; asma, penolakan organ transplan, penyakit kolagen, kelainan reumatik
- kanker hematopoietic, kelainan neurologis, muntah akibat kemoterapi, hiperkalsemia, mountain sickness
Toksisitas glukokortikoid
pada dosis tinggi: efek metabolisme (penghambatan pertumbuhan, diabetes, penurunan otot, osteoporosis), salt retention, psychosis
dosis yang menurun atau 2 hari sekali untuk mengurangi penekanan pituitari diperlukan untuk penanganan jangka panjang.
Kadang perlu diberikan stress doses untuk penyakit yang parah atau sebelum operasi mayor untuk mencegah insufficiency ginjal.
Mineralkortikoid
Aldosterone
- merupakan mineralkortikoid natural pada manusia, berikatan dengan hipertensi melalui angiotensin II.
- sekresi diatur oleh ACTH dan sistem renin-angiotensin
- waktu paruhnya pendek dan efek glukokortikoidnya sedikit.
- mekanisme sama dengan glukokortikoid.
Lainnya
- deoxycorticosterone yang merupakan prekursor aldosterone.
- fludrocortisone punya efek glukokortikoid yang signifikan. Penggunaan klinik: lebih dipilih untuk replacement therapy setelah adrenalectomy karena waktu paruhnya panjang
Antagonis kortikosteroid: reseptor agonis
spironolactone dan eplerenone adalah antagonis aldosterone dan reseptornya terkenal sebagai diuretik. Mifepristone (RU-486) adalah penghambat kompetitif reseptor glukokortikoid, juga reseptor progesteron. Digunakan untuk penanganan Cushing’s syndrome
Kortikosteroid antagonis: synthesis inhibitor
Ketoconazole, aminoglutethimide, metyrapone. Ketoconazole digunakan sebagai antijamur yang menghambat enziim sitrokrom P450 yang diperlukan untuk sintesis semua steroid
aminoglutethimide: block konversi kolestrol jadi pregnenolone dan menghambat sintesis semua steroid yang aktif secara hormon.
metyrapone: menghambat sintesis normal kortisol, tapi tidak buat prekursornya; digunakan untuk tes diagnostik fungsi adrenal.
Hormon gonad
termasuk steroid ovarium (estrogen, progestin) dan testis (terutama testosterone). Digunakan sebagai anti kontraseptif dengan meniru molekul (hormon sintetis)
Estrogen
estrogen utama di wanita adalah estradiol. Estradiol bioavailibilitas oralnya rendah, tapi ada bentuk micronized yang bisa digunakan sedcara oral, atau bisa dalam bentuk patch transdermal, krim vaginal, atau injeksi IM.
estradiol cypionate: long acting, ester dari estradiol yang diubah di tubuh jadi estradiol, diadministasi dengan injeksi IM
Premarin: campuran estrogen terkonjugasi dari sumber biologis, digunakan secara oral untuk HRT
ethinyl estradiol, mestranol: estrogen sintetik, bioavailabilitas tinggi, digunakan sebagai kontraseptif hormonal.
Efek estrogen
Diperlukan untuk pengembangan struktur alat kelamin, memberi rupa karakteristik seksual sekunder, memodifikasi tingkat protein di serum dan mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan koagulasi darah, meningkatkan plasma TG dan kolestrol HDL, menurunkan LDL. Jika bersama progestin akan menghambat sekresi gonadotropin dari pituitari anterior.
Penggunaan klinis estrogen
Hipogonadisme di wanita muda, wanita dengan kekurangan estrogen, mencegah kehilangan tulang dan osteoporosis, kontraseptif hormonal
Toksisitas estrogen
Pada perempuan hipogonadal, dosis harus diperhatikan agar tidak menutup epfisis tulang panjang; badan pendek. Sebagai HRT, menjadi risk kanker endometrial.
Toksisitas tergantung dosis: mual, payudara tender, resiko tinggi migraine, kejadian thromboembolic (ex. deep vein thrombosis), penyakit kantung empedu, hipertrigliseridemia, hipertensi.
diethylstilbestrol: dikaitkan dengan kemandulan, kehamilan ektopik, adenocarcinoma vaginal.
Progestin
Progestin utama di manusia adalah progesteron. Ada dalam bentuk oral micronized untuk HRT dan krim vaginal.
Medroxyprogesterone: progestin sintetis dengan bioavailabilitas oral yang lebih baik. Obat-obatan yang lebih tua, I-norgestrel dan norethindrone, lebih androgenik daripada progestin yang lebih baru (norgestimate, desogestrel)
Efek progestin
Diperlukan untuk perawatan kehamilan. Tidak mempengaruhi protein plasma secara signifikan, tapi mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Stimulasi deposisi lemak. Dalam dosis tinggi, menekan sekresi gonadotropin dan menyebabkan anovulasi di wanita.
Penggunaan klinis progestin
umumnya digunakan sebagai kontraseptif, secara sendiri atau dibarengi dengan estrogen. Untuk wanita yang menerima estrogen HRT, mencegah kanker ovarium yang disebabkan estrogen. menjaga dan memicu kehamilan. teknologi reproduktif.
Toksisitas progestin
toksisitas rendah, bisa menaikkan tekanan darah dan menurunkan HDL. Penggunaan jangka panjang dalam dosis tinggi di wanita premenopause diasosiasikan dengan pengurangan kepadatan tulang reversible.
Kontraseptif hormonal
mengandung kombinasi estrogen dan progestin atau progestin saja. Dalam bentuk pill oral, injeksi jangka panjang, implan subkutan, patch transdermal, cincin vaginal, IUD. Ada juga postcoital contraceptive/emergency contraception untuk mencegah kehamilan jika diberikan 72 jam setelah seks bebas.