Syiir Araby kel 5 Flashcards
perkembangan pendekatan dan metode pengajaran bahasa
Jelaskan peran syi’ir pada masa Bani Umayyah dalam bidang politik!
Pada masa Bani Umayyah, syi’ir digunakan sebagai alat propaganda politik. Penguasa sering menggunakan puisi untuk memuji diri mereka sendiri atau untuk menyerang lawan politik. Penyair yang mendukung penguasa diberi penghargaan dan posisi penting. Syi’ir juga digunakan untuk mengkritik kelompok lain dan untuk memperkuat posisi politik serta kekuasaan.
Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis syair hija’ yang berkembang pada masa Bani Umayyah!
Ada beberapa jenis syair hija’:
Hija’ Syakhsi: Menghina individu secara personal, biasanya terkait fisik.
Hija’ Akhlaqi: Menghina moral atau karakter seseorang, seperti pengecut atau pelit.
Hija’ Siyasi: Mengkritik dan menyerang lawan politik, sekaligus memuji kelompok sendiri.
Hija’ Ijtima’i: Mengkritik kondisi sosial masyarakat.
Hija’ Dini: Mengkritik masalah keagamaan dan mempertahankan ajaran agama.
Bagaimana pengaruh kebudayaan dan seni musik terhadap perkembangan syi’ir pada masa Bani Umayyah?
Kebudayaan dan seni musik sangat mempengaruhi perkembangan syi’ir pada masa Bani Umayyah. Instrumen musik seperti kastanet, harpa, gamelan, rebana, drum, dan suling menjadi bagian penting dalam kehidupan artistik dan turut mendukung berkembangnya puisi ghazal atau puisi cinta.
Bagaimana pengaruh politik dan dukungan penguasa terhadap perkembangan sastra pada masa Bani Umayyah?
Dukungan politik dan penguasa sangat mendorong perkembangan sastra pada masa ini. Khalifah memberikan penghargaan kepada penyair yang memuji mereka, sehingga sastra berkembang pesat dan menjadi alat penting dalam politik. Puisi digunakan untuk memuji penguasa dan menyerang lawan politik, serta sebagai propaganda untuk memperkuat kekuasaan.
Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan sastra pada masa Bani Umayyah!
Ekspansi wilayah Islam yang membawa keberagaman budaya.
Meningkatnya opini publik yang mendorong perkembangan sastra.
Keberagaman politik dan keagamaan yang mempengaruhi tema-tema puisi.
Dukungan politik dan penghargaan dari penguasa terhadap penyair.
Apa saja tema-tema utama yang diangkat dalam syi’ir pada masa Bani Umayyah?
Madah (pujian)
Ghazal (puisi cinta)
Hija’ (satire atau hinaan)
Tema politik
Tema keagamaan dan sosial
Jelaskan perbedaan antara syi’ir pada masa Bani Umayyah dan masa sebelumnya!
Pada masa Bani Umayyah, syi’ir lebih berkembang dalam konteks politik dan sosial, serta digunakan sebagai alat propaganda. Selain itu, ada pengaruh yang kuat dari gaya hidup mewah dan pesta, yang melahirkan puisi ghazal atau puisi cinta. Sedangkan pada masa sebelumnya, terutama pada masa pra-Islam, syi’ir lebih banyak mengandung tema-tema tribal dan heroik.
Bagaimana peran penyair dalam masyarakat pada masa Bani Umayyah?
Penyair memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat pada masa Bani Umayyah. Mereka bukan hanya sebagai seniman, tetapi juga sebagai alat politik yang mampu mempengaruhi opini publik. Penyair sering dipekerjakan oleh penguasa untuk memuji atau menyerang lawan, dan karya mereka digunakan untuk memperkuat posisi politik dan kekuasaan penguasa.
Deskripsikan latar belakang kehidupan al-Farazdaq dan peran pentingnya sebagai penyair pada masa Bani Umayyah.
Al-Farazdaq, atau Hammam bin Ghalib, adalah seorang penyair terkenal dari Bani Tamim yang hidup pada masa Bani Umayyah. Lahir pada tahun 641 M di Basra, ia berasal dari keluarga bangsawan yang kaya. Al-Farazdaq terkenal dengan puisi hija’ (satir) yang tajam dan sering menggunakan puisi untuk menyerang lawan politik dan sastranya. Peran penting al-Farazdaq terletak pada kemampuannya menggabungkan kritik sosial dan politik dengan keindahan bahasa, menjadikannya salah satu penyair paling berpengaruh pada masanya
Analisis bagaimana al-Farazdaq menggunakan puisi hija’ untuk menyerang kelompok lain. Berikan contoh syairnya yang mencerminkan hal ini.
Al-Farazdaq sering menggunakan puisi hija’ untuk menyindir dan menyerang musuh-musuhnya serta kelompok yang berlawanan dengannya. Salah satu contohnya adalah syair berikut: إِنَّ الَّذِي سَمَكَ السَّمَاءَ بَنَى لَـنَا
بَيْتًا دَعَائِمُهُ أَعَزُّ وَأَطْوَلُ
نَحْنُ بَنُو الأَعْزَاء فِي النَّاسِ كُلِّهِمْ
وَحَسْبُنَا الْمَجْدُ مِنْ ذَاكَ وَذُكِّرَ
Syair ini menunjukkan kebanggaan al-Farazdaq terhadap keluarganya dan mengangkat derajat mereka di atas kelompok lain. Penggunaan bahasa yang kuat dan figuratif membantu memperkuat pesan hinaan yang ingin disampaikan.
Gambarkan profil singkat Jarir bin `Atiyah dan hubungannya dengan al-Hajjaj bin Yusuf. Bagaimana hal ini memengaruhi karya-karya Jarir?
Jarir bin `Atiyah adalah penyair terkenal lainnya dari Bani Umayyah yang lahir sekitar tahun 650 M di Yamamah. Jarir dikenal karena syair-syairnya yang merespons ejekan dari al-Farazdaq dan al-Akhtal. Hubungannya dengan al-Hajjaj bin Yusuf, seorang gubernur yang berkuasa, memberikan perlindungan dan patronase yang penting bagi Jarir. Dukungan ini memungkinkan Jarir untuk mengekspresikan pandangan politiknya secara lebih bebas dan melindungi dirinya dari balasan fisik atau politik dari lawan-lawannya.
Berikan analisis kritis tentang cara Jarir merespon ejekan dari al-Farazdaq dan al-Akhtal. Sebutkan syair yang digunakan Jarir sebagai balasan.
Jarir dikenal karena kemampuannya dalam merespon ejekan dengan syair yang cerdas dan tajam. Ia menggunakan retorika yang kuat dan sering kali berhasil membalikkan ejekan menjadi kemenangan verbal. Contoh balasan Jarir terhadap al-Farazdaq adalah syair berikut: أعددْتُ لِلشُّعَرَاءِ سُمًّا نَاقِعًا
فَسَقَيْتُ آخِرَهُمْ بِكَأْسِ الأَوَّلِ
لَمَّا وَضَعْتُ عَلَى الفَرَزْدَقِ مَيْسَمِي
نَضَحَ البَعِيْثُ جَدَعْتُ أَنْفَ الأَخْطَلِ
أَخْزَى الَّذِي سَمَكَ السَّمَاءَ مَجَاشِعًا
وَبَنَى بِنَاءَكَ فِي الحَضِيضِ الأَسْفَلِ
Syair ini menunjukkan kemampuan Jarir untuk tidak hanya merespon, tetapi juga menghina lawan-lawannya dengan cara yang memperkuat reputasinya sebagai penyair yang tangguh.
Ceritakan tentang kehidupan al-Akhtal dan kontribusinya terhadap puisi pada masa Bani Umayyah. Mengapa al-Akhtal bisa lebih bebas dalam mengekspresikan dirinya dalam puisi dibandingkan dengan penyair Muslim lainnya?
Al-Akhtal, atau Ghiyath bin Ghawth, adalah penyair Kristen yang hidup pada masa Bani Umayyah, lahir pada tahun 640 M di wilayah Mesopotamia. Karena latar belakang agamanya, al-Akhtal tidak terikat oleh beberapa larangan agama yang mungkin menghalangi penyair Muslim. Ini memungkinkannya untuk mengekspresikan dirinya dengan lebih bebas, termasuk dalam penggunaan metafora dan simbol-simbol yang mungkin dianggap tidak pantas oleh standar Islam. Al-Akhtal memberikan kontribusi besar terhadap puisi dengan menggabungkan gaya dan tema yang lebih luas, serta dikenal karena puisi-puisinya yang memuji khalifah Umayyah.
Bagaimana al-Akhtal menggunakan puisi sebagai alat propaganda politik? Berikan contoh syair yang menunjukkan pujian al-Akhtal kepada Khalifah Abdul Malik
Al-Akhtal menggunakan puisi untuk memuji dan mendukung Khalifah Abdul Malik, membantu memperkuat legitimasinya dan menyebarkan propaganda politik. Contoh syair al-Akhtal yang memuji Khalifah Abdul Malik adalah: أَنا السَّيِّدُ المُحْتَارُ وَابْنُ سَيِّدِهِ
عَبْدِ المَلِيكِ وَإِنِّي أَتْبَعُ العَمَدَا
إِنَّ الَّذِي سَمَكَ السَّمَاءَ بَنَى لَنَا
بَيْتًا يَدُومُ إِلَى المَحَانِ تَرُدُّ
Syair ini menunjukkan pujian yang tinggi kepada Abdul Malik, menggambarkannya sebagai pemimpin yang mulia dan layak dihormati. Penggunaan bahasa yang mengagungkan membantu menyebarkan pesan bahwa Abdul Malik adalah pemimpin yang sah dan berkuasa.
Jelaskan konsep syair “naqā’id” (النقائض) pada masa Bani Umayyah dan bagaimana hal ini mencerminkan kondisi sosial-politik pada masa tersebut.
Konsep syair “naqā’id” (النقائض) adalah bentuk puisi polemik di mana penyair saling merespons dan menyerang satu sama lain melalui syair. Pada masa Bani Umayyah, syair ini mencerminkan kondisi sosial-politik yang penuh dengan persaingan, baik antara individu maupun antar suku. “Naqā’id” memungkinkan penyair untuk mengekspresikan pandangan politik, sosial, dan personal dengan cara yang artistik dan sering kali sangat publik. Ini mencerminkan budaya yang sangat menghargai keahlian verbal dan retorika sebagai alat kekuasaan dan pengaruh.