I. Sistem Peredaran pada Manusia (C. Golongan Darah) Flashcards
Golongan darah adalah klasifikasi darah suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.
Antigen dapat berupa protein, polisakarida, atau molekul lainnya yang dapat
merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam plasma darah.
Reaksi antigen dengan antibodi dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan) sel darah merah sehingga
antigen disebut juga aglutinogen, sedangkan antibodi disebut juga aglutinin.
Di dunia ini, sebenarnya ditemukan sekitar 46 jenis antigen, tetapi yang sangat dikenal hanya antigen ABO dan Rh (rhesus)
Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh ilmuwan Austria bernama
Karl Landsteiner pada tahun 1930.
Penggolongan darah sistem ABO dilakukan berdasarkan
ada atau tidak adanya antigen (aglutinogen) tipe A dan tipe B pada permukaan eritrosit serta antibodi (aglutinin) tipe C (anti-A) dan tipe ẞ (anti-B) di dalam plasma darahnya.
Penggolongan darah sistem rhesus ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940
setelah melakukan riset dengan darah kera rhesus (Macaca mulatta), yaitu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan Tiongkok.
Penggolongan darah sistem rhesus berdasarkan ada atau tidak adanya aglutinogen (antigen) RhD pada permukaan sel darah merah.
Jika seseorang yang memiliki darah Rh (rhesus negatif) diberi darah dari donor Rh+ (rhesus positif), orang tersebut akan segera memproduksi aglutinin anti-RhD.
Transfusi tersebut pada awalnya tidak membahayakan, tetapi transfusi darah Rh+ selanjutnya akan mengakibatkan hemolisis sel darah merah donor karena aglutinin anti-RhD pada resipien yang terbentuk sudah
banyak.
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit sehingga hemoglobin terlepas bebas ke plasma darah.
Akibatnya, ginjal harus bekerja keras mengeluarkan sisa pecahan sel-sel darah merah tersebut. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan transfusi darah gagal, tetapi akan memperparah kondisi resipien.
Jika ibu memiliki darah rhesus positif dan janin yang
dikandungnya memiliki rhesus negatif, perbedaan ini tidak
menimbulkan masalah.
Faktor rhesus tidak berpengaruh terhadap kesehatan, tetapi
perlu diperhatikan oleh pasangan ayah-ibu dengan rhesus yang
berbeda.
jika ibu memiliki darah rhesus
negatif, sedangkan janin yang dikandungnya memiliki rhesus
positif (warisan dari ayah), tubuh ibu secara alamiah akan
bereaksi membentuk zat antibodi anti-RhD untuk melindungi
tubuh ibu sekaligus melawan “benda asing” (antigen RhD darah
janin).
Akibatnya sel darah merah janin akan pecah dan hancur
(hemolisis). Kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin di
dalam rahim atau jika lahir bayi menderita eritroblastosis fetalis,
yaitu pembengkakan hati dan limpa, anemia, penyakit kuning
(jaundice), dan gagal jantung.