TO Okt 2018 Flashcards
MidTest
Seorang perempuan berusia 85 tahun dengan riwayat diabetes melitus, mengalami stroke 2 tahun yang lalu. Setelah itu pasien lebih banyak di tempat tidur, buang air kecil menggunakan kateter, nutrisi diberikan lewat NGT. Dua hari yang lalu, pasien mengalami demam. Urin di dalam kantong kateter terlihat keruh. Pasien cenderung mengantuk; tekanan darah 120/80 mmHg; frekuensi nadi 110x/menit; suhu 37 derajat Celcius; frekuensi napas 24x/menit. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,5 g/DL; Hematokrit 29%; Leukosit 11.000/uL; Trombosit 125.000/uL. Hasil pemeriksaan urinalisis: Leukosit penuh; Eritrosit 1-2/LPB; sel ragi (+).
Pengkajian masalah pada pasien dengan kondisi tersebut:
A. Pasien mengalami sepsis yang disebabkan oleh infeksi saluran kemih
B. Pasien mengalami sepsis yang disebabkan oleh infeksi jamur sistemik
C. Pasien mengalami sepsis berat yang disebabkan oleh infeksi saluran kemih
D. Pasien mengalami sepsis berat yang disebabkan oleh infeksi saluran kemih terkait kateter
E. Pasien mengalami sepsis berat yang disebabkan oleh infeksi saluran kemih dengan penyebab jamur
A. Pasien mengalami sepsis yang disebabkan oleh infeksi saluran kemih
- Seorang lelaki berusia 90 tahun, dibawa oleh anaknya ke IGD dengan keluhan tampak mengantuk sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien tidak nafsu makan sejak 6 hari yang lalu karena sesak nafas. Di malam hari pasien kadang meracau dan tampak gelisah, namun kemudian cenderung diam dan tidur sepanjang pagi hingga sore. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran delirium, turgor suprasternal menurun, terdapat ronki basah kasar pada kedua paru.
Faktor predisposisi terjadinya perubahan kesadaran pada pasien ini adalah :
A. Infeksi B. Dehidrasi C. Hipoglikemia D. Usia sangat lanjut E. Gangguan elektrolit
D
- Seorang lelaki berusia 74 tahun, dibawa kembali berobat ke poliklinik karena terlihat sangat bingung dan sulit berkonsentrasi sejak 2 hari terakhir. Pasien berobat rutin di poliklinik penyakit dalam dengan diagnosis terakhir vascular cognitiveimpairment (VCI), hernia nucleus (HNP), hipertensi, dan diabetes melitus. Saat berobat 5 hari yang lalu, pasien mengeluh sulit tidur karena mengeluh nyeri punggung bawahnya kambuh dan diresepkan obat yang meliputi kombinasi parasetamol dan kodein, kaptropil, amlodipin, glikuidon, metformin dan lorazepam.
Gejala yang dialami pasien pada 2 hari terakhir mengarah pada kondisi:
A. Ansietas
B. Skizofrenia
C. Sindrom delirium akut
D. Progresi dari gangguan kognitif
E. Gangguan perilaku dan psikologik pada demensia
C
- Seorang perempuan berusia 72 tahun datang berobat ke poliklinik dengan BAK menjadi sulit ditahan sejak 2 bulan terakhir.Pasien merasa lelah harus bolak balik ke toilet untuk berkemih, malam hari bisa 3-4 kali, sedangkan pagi hingga sore hari bisa 8-10 kali.Pasien juga mengeluh sudah sejak lama air seni menetes keluar bila pasien batuk atau bersin.Pasien menderita diabetes mellitus sejak 12 tahun terakhir. Hasil glukosa darah puasa 123 mg/dL, glukosa darah 2 jam postprandial 180 mg/dL, HbA1c 6,5 %, urinalisis: Lekosit 2-3/LPB, eritrosit 0-1/LPB, nitrit (-)
Diagnosis yang paling tepat pada pasien ini adalah:
A. Inkontinesia urin akut
B. Inkontinesia urin persisten tipe stress
C. Inkontinesia urin persisten tipe urgency
D. Inkontinesia urin persisten tipe overflow
E. Inkontinesia urin persisten tipe campuran
E
- Seorang perempuan berusia 45 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan nyeri perutberulang terutama pada daerah kiri bawah. Kadang disertai mual, muntah dan diare. Keluhanini sudah berlangsung lebih dari 7 bulan dan sudah sering mendapat pengobatan tetapi tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hasil sonografi abdomen dan analisis feces dalam batasnormal. Pada pemeriksaan kolonoskopi didapatkan hemoroid interna grade 1.
Tatalaksana yang paling efektif pada kasus diatas adalah:
A. Pemberian tegaserid dan anti diare
B. Pemberian alprazolam bersama diet lambung
C. Pemberian terapi simtomatik dan psikoterapi
D. Pemberian sertralin bersama dengan omeprazol
E. Pemberian alprazolam bersama dengan ranitidin
C
- Seorang perempuan usia 32 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan gatal-gatal(urtikaria) sejak 2 bulan terakhir. Keluhan ini dirasakan setiap hari. Pasien didiagnosishipotiroid 6 minggu yang lalu, dan mendapat terapi L-tiroksin 1x100 ug. Tidak ada keluargayang menderita keluhan yang sama.
Pengkajian masalah pada pasien di atas adalah :
A. Pasien mengalami urtikaria akut
B. Pasien menderita urtikaria herediter
C. Pasien mengalami urtikaria akibat alergi L-tiroksin
D. Pasien mengalami urtikaria kronik akibat penyakit tiroid
E. Pasien mengalami urtikaria akut akibat penyakit tiroid dan alergi L-tiroksin
D
- Seorang lelaki berusia 67 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas memberat sejak seminggu, disertai batuk berdahak warna kuning. Pasien mulai ada keluhan sesak disertai bunyi “ngik-ngik” sejak 5 tahun yang lalu dan keluhan makin sering timbul sejak 6 bulan ini. Pasien mempunyai riwayat merokok sejak usia muda dan baru berhenti sejak 5 tahun ini. Selama ini keluhan sesak mereda dengan menggunakan obat semprot yang diberikan dokter, namun keluhan seminggu terakhir tidak mereda meski sudah menggunakan obat semprot tersebut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bentuk dada barrel chest, wheezing pada seluruh lapang paru. Hasil AGD : pH 7,32; pO2 65 mmHg; pCO2 60 mmHg; HCO3 30 mEq/L; BE +4; saturasi O2 96%.
Tatalaksana medika mentosa yang paling tepat pada pasien ini adalah :
A. Injeksi steroid, mukolitik/expectorant, inhalasi dengan anti kolinergik dan short acting β2 agonis
B. Antibiotik, golongan xantin, inhalasi dengan steroid, anti kollinergik dan long acting β2 agonis
C. Antibiotik, injeksi steroid, inhalasi dengan long acting β2 agonis, mukolitik / expectorant
D. Antibiotik, injeksi steroid, inhalasi dengan anti kolinergik dan short acting β2 agonis, mukolitik/ expectorant, golongan xantin
E. Antibiotik, inhalasi dengan steroid, anti kolinergik dan long acting β2 agonis, mukolitik / expectorant, golongan xantin, injeksi steroid
D
- Seorang perempuan berusia 33 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan batuk berdahak sejak 3 minggu sebelum berobat. Kadangkala pasien sesak napas disertai napas berbunyi. Demam didapatkan pada awal timbulnya keluhan sesak napas, tetapi saat ini sudah tidak ada. Pasien tidak merokok, tetapi suami pasien seorang perokok aktif. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan suara napas vesikuler, terdapat ronkhi di basal paru bilateral disertai wheezing (+/+). Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan fibroinfiltrat di basal kedua paru.
Pemeriksaan dilakukan penunjang utama yang perlu dilakukan pada pasien ini adalah:
A. Spirometri
B. Analisis gas darah
C. Spirometri pasca terapi inhalasi
D. Pemeriksaan darah perifer lengkap dan procalcitonin
E. Pemeriksaan gram, kultur mikroorganisme dan resistensi obat
C
- Seorang lelaki berusia 40 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan riwayat batuk kronik sejak 1 bulan sebelum berobat. Batuk dengan dahak yang biasanya berwarna kuning dan kadang-kadang kehijauan. Tidak ada riwayat mengi, asma, gagal jantung kongestif, dan penyakit refluks gastroesofageal. Pasien merokok selama 15 tahun sebanyak 1 bungkus/hari. Pada pemeriksaan paru didapati ronki basah kasar nyaring pada basal paru kanan. Hasil rontgen torak didapatkan gambaran menyerupai sarang tawon pada paru kanan bawah disertai bercak-bercak infiltrat disekitarnya. Hasil spirometri: FEV1 80%; FVC 88%.
Berdasarkan data di atas, kemungkinan diagnosis pada pasien adalah:
A. Emfisema paru
B. Asma bronkhiale
C. Bronkhitis kronis
D. Bronkopneumia
E. Bronkiektasis terinfeksi
E
- Seorang perempuan, berusia 66 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan sesak napas yang semakin lama makin memberat sejak 4 minggu yang lalu, disertai rasa tidak nyaman pada dada kanan. Tiga puluh tahun yang lalu, ia pernah mendapat kemoterapi karena limfoma Hodgkin. Pasien tidak pernah merokok. Pada pemeriksaan fisik didapatkan redup di sela iga 3 dada kanan; vasikuler menurun dada kanan; ronki di paru kanan; wheezing tidak ada. Pemeriksaan payudara dalam batas normal. Foto toraks menunjukkan efusi pleura kanan. Pada pungsi pleura, keluar cairan pleura serohemoragik dengan protein 43 g/ L. Hasil sitologi cairan pleura: beberapa sel atipik dan limfosit. Hasil USG abdomen dalam batas normal.
Penyebab efusi pleura yang paling mungkin pada pasien ini adalah :
A. Ca mammae
B. Mesothelioma
C. Sindroma Meigs
D. Limfoma Hodgkin
E. Adenokarsinoma paru
B
- Seorang lelaki berusia 55 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan mudah lelah dan sering lebam-lebam di kaki bila terbentur sejak 2 bulan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg; frekuensi nadi 80x/menit;frekuensi napas 20x/menit; suhu 37° C; kondisi umum baik; konjungtivita pucat; terdapat hematom di ekstremitas bawah; tidak ditemukan perdarahan nyata; hepar dan lien tidak teraba. Pada pemeriksaan darah didapatkan : Hb 8 g/dL; leukosit 4.500/Ul; trombosit 52.000/Ul.
Tindak lanjut diagnostik yang paling tepat untuk pasien ini adalah :
A. Analisis indeks besi
B. USG abdomen pelvis
C. Pemeriksaan hemostatis
D. Pemeriksaan bone marrow puncture (BMP)
E. Pemeriksaan bone marrow puncture (BMP) dan biopsi sumsum tulang
E
- Seorang perempuan berusia 29 tahun datang ke IGD dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.Demam disangkal.Pada pemeriksaan fisik ditemukan perdarahan subkonjungtiva, perdarahan dibawah kulit, ekimosis, ptekie dan purpura. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Ht 21 %;lekosit 5800/uL;trombosit 7000/uL, retikulosit 2,9%. Bilirubin direk dan indirek dalam batas normal, ANA negative.
Berdasarkan data di atas, diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah:
A. Anemia Aplastik
B. Sindroma Evans
C. Systemic lupus Erythematosus (SLE)
D. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
E. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
D
- Seorang lelaki usia 61 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan benjolan di leher sejak 3 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar getah bening leher kanan. Tidak ada pembesaran limpa. Tekanan darah 135/85 mmHg; suhu 37° C; frekuensi nadi 80x/menit; frekuensi nafas 18x/menit. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12,8 g/dL; leukosit 42.000/uL, hitung jenis : basofil 0%; eosinofil 0%; batang 1% segmen 41%, limfosit 53%, monosit 5%; trombosit 160.000/uL.
Diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini adalah :
A. TB kelenjar
B. Limfoma hodgkin
C. Limfoma non hodgkin
D. Leukimia limfositik kronik
E. Leukimia limfoblastik akut
D
- Seorang perempuan berusia 58 tahun berobat ke dokter penyakit dalam karena nyeri di tulang punggung. Pada pemeriksaan laboratorium diketahui ada anemia dengan Hb 9 g/dl; leukosit 4700/mikroliter; Ht 27%; trombosit 175.000/mikroliter; retikulosit 1,8%; MCV 87 fl; MCH 29pg; MCHC 35g/dl. Kadar albumin 2,9 g/dl; ureum 78mg/dl; kreatinin 2.0 mg/dl.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk melengkapi data awal pada pasien ini adalah :
A. Feritin B. Globulin C. Analisis Hb D. Coombs test E. Kadar eritropoetin
B
- Seorang perempuan berusia 32 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan lemas. Sejak satu tahun terakhir haid pasien seringkali memanjang hingga 8-10 hari, tetapi menurut dokter kandungan tidak ditemukan kelainan pada organ reproduksi. Di samping itu, kadang-kadang pasien juga mengalami haid 2 kali dalam satu bulan, terutama kalau sedang stress. Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, jantung dan paru dalam batas normal, hati dan limpa tidak membesar. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 9,9 g/dl; hematokrit 30%; leukosit 5600/ul; trombosit 450.000/ul; retikulosit 1%; MCV 68fl; MCH 30pg; MCHC 80 g/dl.
Pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini sesuai data yang dipaparkan diatas adalah :
A. Kadar feritin serum
B. Morfologi darah tepi
C. Serum irondan TIBC
D. Feses dan urin lengkap
E. Biopsi atau aspirasi sumsum tulang
C
- Seorang lelaki berusia 58 tahun datang berobat ke poliklinik dengan keluhan utama sesak napas sejak 2 minggu sebelum berobat. Pasien juga mengeluhkan batuk-batuk dengan dahak yang kadang-kadang bercampur dengan sedikit darah serta nyeri pada dada kanan. Pasien merokok 1 bungkus sehari sejak 30 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan perkusi kanan redup, bising napas menurun, dan pada foto thorax didapatkan gambaran radioopak pada hemithorax kanan disertai pendorongan trakea dan jantung ke arah kiri. Pada CT scan thorak didapatkan adanya masa yang menyengat kontras pada hilus kanan. Pemeriksaan sitologi cairan pleura didapatkan positif adenokarsinoma paru. Epidermal growth receptor (EGFR) negative
Pilihan terapi yang paling tepat pada pasien ini adalah
A. Kemoterapi
B. Operasi dan radiasi
C. Kemoterapi dan radiasi
D. Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi
E. Operasi dilanjutkan dengan kemoterapi dan radiasi
A
- Seorang perempuan berusia 30 tahun, hamil 3 bulan, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas dan batuk sejak tiga hari yang lalu. Pasien menderita asma sejak kecil, tetapi jarang kambuh. Sejak 2 tahun yang lalu diketahui menderita hipertiroid namun putus obat sejak 2 bulan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang; tekanan darag 130/80 mmHg, nadi 110x/menit, irama reguler, nafas 28x/menit. Teraba pembesaran tiroid difus. Pada pemeriksaan paru didapatkan wheezing di kedua lapang paru, terdapat tremor halus di kedua tangan.
Tatalaksana yang paling tepat sehubungan dengan kasus diatas adalah :
A. B2 agonis oral dan PTU
B. Long acting B2 agonis inhaler dan methimazol
C. Short acting B2 agonis inhaler, propanolol, dan PTU
D. Short acting B2 agonis inhaler, kortikosteroid, dan PTU
E. Short acting B2 agonis inhaler, kortikosteroid, dan methimazol
D
- Seorang perempuan berusia 63 tahun kontrol berobat ke poliklinik IPD. Pasien dengan riwayat diabetes melitus sejak 8 tahun yang lalu dengan terapi diet diabetes melitus 1500 Kkal dan secara teratur minum metformin 2x500mg, kaptopril 2x25 mg, ASA 1x80, klopidogrel 1x75 mg, simvastatin 1x20 mg, dan bisoprolol 1x2,5 mg. Enam bulan yang lalu, pasien dirawat di ICCU karena serangan jantung. Saat ini pasien tinggal seorang diri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : berat badan 70 kg dan tinggi badan 150 cm; tekanan darah 140/90 mmHg; glukosa darah puasa 250 mg/dL dan 2 jam post prandial 291 mg/dL, dengan kadar HbA1c 10,1 %; kreatinin serum 1,2 mg/dL.
Pilihan terapi terbaik sebagai kombinasi untuk pasien ini adalah :
A. Insulin basal B. Glibenklamid C. DPPP-4 inhibitor D. Thiazolidindion E. Kombinasi insulin basal dan prandial
C